1. PROSES PERIJINAN
PENDAKIAN
Berbeda dengan kegiatan
wisata lainnya dimana pengnjung dapat langsung menuju obyek wisata yang dituju,
maka untuk kegiatan pendakian para calon pendaki terlebih dahulu harus mengurus
perijinan di kantor TN. Bromo Tengger Semeru melalui kantor Seksi Pengelolaan
TN Wilyah II (SPTN II) di Tumpang dengan nomor telpon (0341) 787972 bagi
pendaki dari pintu masuk Malang, dan kantor Resort Pengelolaan TN Wilayah
Ranupani bila pendaki dari pintu masuk Lumajang. Perijinan tersebut bisa
dilakukan langsung pada saat akan mendaki tanpa harus booking terlebih dahulu.
Kewajiban mengurus surat ijin ini dimaksudkan untuk memudahkan monitoring dan
pengawasan lalu lintas pendakian serta antisipasi menghubungi pihak
organisasi/keluarga pada saat terjadi musibah. Persyaratan yang harus
dilengkapi oleh calon pendaki sebagai berikut :
- Fotocopy identitas diri sebanyak 2 rangkap untuk masing-masing calon pendaki
- Mengisi Biodata Semua Pengikut : Nama lengkap, umur, alamat beserta nomor
telpon keluarga yang bisa dihubungi masing-masing.
- Membayar karcis masuk,asuransi, dan surat ijin pendakian per orang/pendaki
sebesar Rp. 7.000 ,- (bagi umum, dengan rincian karcis masuk Rp. 2.500,-, surat
ijin pendakian Rp. 2.500,-, dan asuransi Rp. 2.000,-), Rp. 5.750,- (bagi
pelajar/mahasiswa, dengan rincian karcis masuk Rp. 1.250,-, surat ijin
pendakian Rp. 2.500,-, dan asuransi Rp. 2.000,-) dan Rp 24.500 (bagi Warga
Negara Asing dengan rincian karcis masuk Rp. 20.000,-, surat ijin pendakian Rp.
2.500,-, dan asuransi Rp. 2.000,-). Bila membawa kendaraan pribadi akan
dikenakan tambahan biaya lagi Rp 3.000 per sepede motor, dan Rp 6.000 per
mobil. Bagi yang naik kendaraan umum/charter maka biaya karcis kendaraan
ditanggung oleh masing-masing sopir kendaraan tersebut.
- Pendakian dilakukan berkelompok/beregu, minimal 3 (tiga) orang. Bila ingin
mendaki sendirian maka petugas tidak akan memberikan pelayanan perijinan untuk
melakukan pendakian.
- Membawa perlengkapan pendakian seperti tenda, bekal makanan, P3K, dan lainnya
yang dibutuhkan selama melakukan pendakian. Jangan lupa bawalah kantong plastik
buat membawa sampah turun kembali.
2. TATA TERTIB PENDAKIAN
Gn. SEMERU
Kepada semua calon pendaki yang akan melakukan pendakian diwajibkan untuk
mentaati tata tertib sebagai berikut :
- Setelah mendapatkan surat ijin pendakian dan melengkapi administrasi
pendakian di kantor SPTN II, calon pendaki diharapkan melaporkan diri ke
Petugas di Pos Ranupani untuk registrasi ulang (tidak dipungut biaya lagi)
dengan mengisi buku tamu (nama ketua kelompok, alamat, jumlah pengikut, nomor
surat ijin, tanggal naik dan tanggal turun sesuai yang ada di surat ijin),
mengisi blanko daftar barang bawaan.
- Bagi para calon pendaki yang belum pernah melakukan pendakian ke Gn. Semeru
dianjurkan untuk didampingi oleh guide, atau bergambung dengan kelompok lain
yang sudah pernah melakukan pendakian ke Gn. Semeru.
- Berjalanlah secara kelompok, jangan memisahkan diri dari rombongan, serta
dilarang memotong kompas atau membuat jalur sendiri. Ikutilah jalur yang sudah
ditetapkan.
- Para calon pendaki dilarang membawa senjata sajam berupa parang, kapak, dan
sejenisnya, namun diperbolehkan membawa pisau lipat atau pisau dapur untuk
peralatan memasak.
- Dilarang membawa minuman keras dan obat-obatan terlarang selama melakukan
pendakian ke Gn. Semeru.
- Dilarang membawa binatang peliharaan dan alat buru.
- Saat di Puncak Mahameru dilarang mendekati kawah jonggring saloka yang masih
aktif karena berbahaya adanya gas belerang dan semburan abu panas, serta
material lainnya.
- Dilarang melakukan kegaduhan, membuat api yang bisa menyebabkan kebakaran
hutan, membuang sampah sembarangan serta pencemaran. Saat meninggalkan lokasi
atau turun, pastikan tidak ada lagi api yang masih hidup, dan sampah yang masih
berserakan. Bawa turun kembali sampah anda.
- Mintalah arahan dan penjelasan kepada Petugas mengenai pantangan-pantangan
jika ada, dan kondisi terakhir rute pendakian. Jangan memaksakan diri bila
fisik dan mental belum siap. Jangan memaksakan diri.
- Setelah turun dan tiba di pos Ranupani, agar melaporkan diri kepada Petugas
dan mengisi buku tamu kembali untuk memastikan bahwa anda dan rombongan telah
benar-benar turun, dan menyerahkan sampah bawaan.
Pengumuman
3. RUTE PERJALANAN KE
Gn. SEMERU
Rute perjalanan menuju
gn semeru dapat melalui Kab. Lumajang dan Malang, untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat pada menu Accesbilitas. Namun selama ini kebanyakan calon pendaki masuk
melalui pintu masuk Tumpang kantor SPTN II (Malang). Pendaki yang menggunakan
jasa kerata api, dari Stasiun Kota Baru Malang naik angkot AMG, ADL (Rp 2.500)
turun diterminal Arjosari Malang selama ? 15 menit. Dari terminal Arjosari
(Malang) pendaki dapat naik angkot warna putih jurusan Tumpang-Arjosari (TA)
selama ? 45 menit dengan biaya Rp 5.000,- turun di terminal pasar tumpang.
Dari pasar tumpang perjalanan dilanjutkan naik jeep/truck engkel ke Ranu Pani
selama ? 2 jam dengan biaya Rp. 30.000,- per orang atau carter Rp 400.000,- per
kendaraan. Sebelum sampai Ranu Pani, tak jauh dari terminal pasar tumpang, para
pendaki akan dibawa terlebih dahulu oleh sopir jeep/truck engkel ke kantor SPTN
II di Tumpang untuk mengurus surat ijin pendakian dan membeli karcis masuk
kawasan dengan perincian sebagai berikut :
Setelah sampai di Ranu
Pani, para pendaki diwajibkan melapor ke petugas dengan menunjukkan surat ijin
pendakian dan karcis masuk. Di sini merupakan pos pemeriksaan, terdapat juga
cafetaria dan penginapan. Di Ranu Pani para pendaki akan mendapatkan
penjelasan-penjelasan dari petugas sebelum berangkat untuk melanjutkan
perjalanan dengan jalan kaki. Ranu Pani merupakan perkampungan terakhir sebelum
mendaki gn semeru yang terletak pada ketinggian 2.200 m dpl. Di sini terdapat 2
danau yakni Danau Ranu Pani (1 Ha), dan Ranu Regulo (0.75 Ha). Sekitar danau
dapat juga digunakan untuk berkemah/menginap.
4. WAKTU PENDAKIAN
Calon pendaki tidak
setiap saat dapat melakukan pendakian, hal ini dikarenakan terkadang pendakian
ke Gn. Semeru di tutup untuk sementara guna memulihkan ekosistem, serta apabila
terjadi peningkatan aktivitas Gn. Semeru. Bila ada penutupan sementara jalur
pendakian ke Gn. Semeru pihak TN. Bromo Tengger Semeru akan menginformasikan
melalui menu NEWS.
Untuk melakukan pendakian ke Gn. Semeru, pulang pergi diperlukan waktu beberapa
hari tergantung kemampuan fisik masing-masing calon pendaki. Sebaiknya membawa
bekal yang dilebihkan karena kita akan betah berkemah, bisa jadi karena
pemandangan dan suasana yang sangat indah, atau karena kelelahan setelah
mendaki gunung semeru.
Pendakian dari Ranu Pani menuju puncak semeru sebaiknya dilakukuan dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Ranu Pani- Ranu
Kumbolo
Dari Ranu Pani pukul 7.00 WIB menuju Ranu kumbolo ?10 km melalui jalan setapak
yang memakan waktu sekitar 3-4 jam.
Bagi pendaki yang baru pertama kali mungkin akan bingung menemukan jalur
pendakian, untuk itu setelah sampai di gapura selamat datang, perhatikan terus
ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar karena ke arah kebun
penduduk. Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki melewati Watu Rejeng,
juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat
curam dengan melintasi Gunung Ayek-ayek.
Jalur awal yang akan dilalui landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi
dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi
terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m, ikuti saja tanda ini. Banyak
terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala, sehingga harus
sering merundukkan kepala, tas keril yang tinggi sangat tidak nyaman. Setelah
berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis,
para pendaki akan sampai di Watu Rejeng, merupakan batu terjal yang sangat
indah dengan pemandangan yang sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang
ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang dapat terlihat kepulan asap dari
puncak semeru. Dari Blok Watu Rejeng perjalanan masih berlanjut menuju Ranu
Kumbolo.
Di Ranu Kumbolo terdapat danau yang sangat luas (12 Ha) dengan ketinggian 2.400
m dpl. Di Ranu Kumbolo ini terdapat pondok pendaki serta MCK untuk istirahat
dan memasak bahkan untuk menginap/bermalam. Sekitar danau juga dapat digunakan
untuk berkemah. Kondisi air di danau ini jernih dan terbebas dari polusi udara.
Pada saat perayaan HUT RI, Ranu Kumbolo juga dijadikan sebagai salah satu
tempat upacara para pendaki yang tidak sampai ke puncak atau karena quota untuk
puncak sudah habis.
Ranu Kumbolo merupakan tempat peristirahatan yang memiliki pemandangan dan
ekosistem dataran tinggi asli. Panorama alam di pagi hari akan lebih
menakjubkan berupa sinar matahari yang terbit dari celah-celah bukit yang
menyebabkan sekitar danau berwarna kemerah-merahan dan kekuningan, di tambah
uap air dari danau seakan-akan keluar dari danau tersebut. Di pagi hari juga
dapat melihat atraksi burung belibis .Di daerah ini juga terdapat prasasti
peninggalan jaman purbakala dan diduga merupakan peninggalan Kerajaan
Majapahit.
b. Ranu Kumbolo-Kalimati
Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu
Kumbolo akan diawali mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah
dibelakang ke arah danau. Perjalanan dari Ranu Kumbolo ke Kalimati berjarak 5
km membutuhkan waktu tempuh 2-3 jam.
Tak jauh dari ranu Kumbolo terdapat padang rumput yang terletak di lembah gn.
Ayek-ayek yang dinamakan ?pangonan cilik?. Asal usul nama tersebut karena
padang rumput ini mirip dengan padang penggembalaan ternak (Pangonan).
Selanjutnya di depan bukit terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan
oro-oro ombo, luasnya ?100 ha. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan
pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi
pohon pinus seperti di Eropa. Padang rumput ini mirip sebuah mangkuk dengan
hamparan rumput yang berwarna kekuningan, kadang-kadang pada beberapa tempat
terendam air hujan. Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan
asap wedus gembel. Di sebelah selatan padang rumput Oro-Oro Ombo terdapat kelompok
Hutan Cemoro Kandang termasuk dalam gugusan Gn. Kepolo (3.095 m dpl) merupakan
hutan yang ditumbuhi pohon cemara gunung dan tumbuhan paku-pakuan. Daerah ini
topografinya relatif datar. Kadang disini dapat dijumpai burung dan kijang.
Setelah cemoro kandang perjalanan berlanjut ke padang rumput Jambangan yang
terletak 3.200 m dpl, di sini terdapat beberapa cemara, mentigi, dan bunga
edelweis. Topografinya relatif datar, terdapat beberapa tempat teduh yang ideal
untuk peristirahatan. Dari tempat ini terlihat dengan jelas gn. Semeru
menjulang tinggi dengan kepulan asap yang menjulang ke angkasa serta alur lahar
pada seluruh tebing puncak yang mengelilingi berwarna perak. Di tempat inilah
para pendaki maupun fotografer sering mengabadikan atraksi keunikan gn semeru.
Ranu Kumbolo
. Kalimati-Mahameru
Daerah kalimati merupakan tempat untuk mempersiapkan diri menuju puncak semeru
yang sering disebut Mahameru. Untuk melanjutkan perjalanan ke puncak dianjurkan
pagi-pagi sekali sekitar pukul 2.00-3.00 pagi. Waktu tempuh sekitar 4-5 jam
dengan perjalanan yang terus menanjak.
Nama kalimati berasal dari nama sebuah sungai/kali yang tidak berair. Aliran
air hanya terjadi apabila musim hujan, aliran menyatu dengan aliran lahar gn.
Semeru. Daerah ini merupakan padang rumput dengan tumbuhan semak dan hamparan
edelweis seluas ? 20 ha, dikelililngi kelompok hutan alam dan bukit-bukit
rendah. Kalimati merupakan tempat berkemah para pendaki sebelum melanjutkan
pendakian. Disini terdapat fasilitas pondok pendaki, namun untuk kebutuhan air
harus mengambil dari Sumbermani, ke arah barat/kanan menyusuri pinggiran hutan
dengan jarak tempuh ?1 jam pulang pergi. Disini banyak terdapat tikus gunung
sehingga bila kita mendirikan tenda dan ingin tidur sebaiknya menyimpan makanan
di tempat yang aman.
Untuk menuju puncak, dari Kalimati perjalanan melewati Arcopodo. Arcopodo
merupakan tempat transit sementara sebelum ke puncak. Daerah ini berada di
lereng puncak gn. Semeru dengan jalanan yang terus menaik dan berliku-liku
diantara hutan cemoro dengan kondisi tanah berdebu. Ditempat ini terdapat
beberapa prasasti para pendaki yang meninggal dunia berjumlah ?12 buah sebagai
tanda berkabung. Prasasti ini dibuat oleh masing-masing groupnya. Salah satu
prasasti yang terkenal adalah Soe Hok Gie dan Idhan Lubis (Mapala UI) yang
meninggal tanggal 6 Desember 1969. Dari Arcopodo menuju puncak Semeru
diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah
merosot. Semua barang bawaan sebaiknya di tinggal di Arcopodo atau di Kalimati.
Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 03.00 pagi
dari Arcopodo. Badan dalam kondisi segar, dan efektif dalam menggunakan air.
Perjalanan pada siang hari medan yang dilalui terasa makin berat selain terasa panas
juga pasir akan gembur bila terkena panas. Siang hari angin cendurung ke arah
utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka.
?Jalan menuju surga? itulah ungkapan dari para pendaki yang melakukan pendakian
ke semeru. Alur lahar berpasir terbentuk dari bongkahan lahar yang membeku
menyelimuti seluruh tebing, menjulang tinggi untuk di daki dengan kemiringan
60?-70? bahkan lebih apabila berada di bagian bawah tebing. Di malam hari,
tempat ini hanya terlihat seakan-akan berada di kaki seorang raksasa. Kesiapan
fisik dan mental harus secara matang diperhitungkan, begitu juga keteguhan hati
dan kesabaran serta semangat untuk mencapai puncak tertinggi di pulau jawa. Di
puncak terlihat beberapa puncak gunung di jawa timur, garis-garis pesisir dan
pantai Samudra Hindia, kota-kota besar serta matahari terbit di ufuk timur.
Pemandangan sungai panas yang berkelok- kelok menuju ke laut ini menjadi
tontonan yang sangat menarik.
Di puncak Gunung Semeru (Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah
Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena
adanya gas beracun dan aliran lahar. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10
derajad Celcius, pada puncak musim kemarau bisa minus, dan dijumpai
kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam
hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai. Di
kawah jonggring saloko terjadi letusan setiap 15-30 menit. Letusan berupa asap
putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter.
5. KONDISI UMUM GN.
SEMERU
a. Lokasi
Gunung Api Semeru merupakan gunung api tertinggi di Pulau Jawa (? 3.676 m dpl)
dan merupakan salah satu gunung api yang masih aktif. Gn. Semeru berada dalam
satu kelurusan yang berarah selatan-utara dengan komplek Gn. Jambangan dan Peg.
Tengger. Posisi letaknya berada diantara wilayah administrasi kabupaten
Lumajang dan Malang dengan posisi geografis 8?06? LS dan 120?55? BT.
b. Bentuk dan Struktur
Dilihat dari kejauhan Gn Semeru berbentuk seperti kerucut yang sempurna, tetapi
saat berada di puncak gunung tersebut berbentuk strato (kerucut terpancung)
yang luas dengan medan beralur di setiap tebingnya. Kawah yang terdapat di
puncak Gn. Semeru terdiri dari kawah Mahameru yang sudah tidak aktif dan kawah
Jonggring Seloko yang masih aktif. Kawah Jonggring Seloko terletak di sebelah
tenggara puncak Mahameru pada tahun 1913 dan 1946 berisi satu kubah kawah. Di
sebelah selatan kubah ini menekan tepi bawah kawah, yang menyebabkan aliran
lava ke arah selatan daerah Pasirian dan Candipuro (Lumajang). Gn. Semeru
adalah bagian termuda dari Peg. Jambangan tetapi telah berkembang menjadi
strato-vulkano luas yang terpisah. Aktivitas vulkanik yang dikeluarkan berupa :
? Letusan abu, lava blok tua dan bom lava muda
? Material lahar vulkanik bercampur air hujan atau air sungai
? Letusan bagian kerucut yang menyebabkan longsoran
? Pertumbuhan lambat dari butiran lava dan beberapa kali guguran lahar panas.
c. Geologi dan tanah
Geologi Gn. Semeru merupakan hasil gunung api kwarter muda, dengan jenis batuan
berupa : abu pasir/tuf dan vulkan intermedia sampai basis dengan fisiografi
vulkan serta asosiasi andosol kelabu dan regosol kelabu dengan bahan induk
abu/pasir dan tuf intermedian sampai basis. Bentuk struktur geologi menghasilkan
batuan yang tidak padat dan tidak kuat ikatan butirannya, sehingga mudah
tererosi dimusim penghujan. Jenis tanahnya adalah regosol, merupakan gabungan
tanah dengan sedikit perkembangan profil dengan solum dangkal, tipis pada bahan
induk kukuh.
d. Iklim
d.1. Curah Hujan dan Suhu
Secara umum iklim wilayah gn. Semeru berdasarkan Schmidt & Ferguson bertipe
B. Dengan curah hujan antara 927 mm- 5.498 mm per tahun dengan hari hujan
rata-rata 136 hari/tahun. Musim hujan jatuh pada bulan November-April. Sepanjang
route perjalanan dari mulai Ranu Pani (2.200 mdpl) sampai Puncak Semeru suhu
berkisar antara 2?C-8?C pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari
berkisar antara 10?C-21?C. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan
salju yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau dan
sebaliknya. Dinginnya udara di sepanjang route perjalanan bukan disebabkan oleh
udara diam saja tetapi juga karena kencangnya angin yang berhembus ke lembah
sehingga menjadikan udara lebih dingin.
d.2. Angin dan kabut
Berdasarkan topografi kawasan secara umum, pola tiupan angin membentuk pola
yang tidak menentu,sehinggai arah angin sulit ditentukan/berubah-ubah. Bentuk
topografi yang dilingkari oleh tebing tinggi sekitar 200-500 m sebenarnya
memungkinkan dapat menahan arus kecepatan angin, tetapi karena banyak
celah/lorong ditebing tersebut maka arus angin tidak tertahan bahkan dengan
laju yang lebih cepat. Bentuk topografi yang cekungan sering menyebabkan angin
siklus. Angin yang bertiup di kawasan ini berkaitan erat dengan pola angin
disekitarnya, yaitu angin tenggara atau angin gending, angin timur laut adn
angin barat laut.
Kecepatan angin berkisar antara 8-30 knots, dimana saat musim angin kencang
banyak dijumpai pohon tumbang. Angin ini biasanya bertiup antara bulan
Desember-Pebruari, sehingga pada bulan tersebut biasanya kegiatan pendakian ke
semeru ditutup.
Pada pagi dan sore sampai malam hari, sepanjang route perjalanan biasanya
berkabut. Daerah ranu Kumbolo dan Kalimati yang dijadikan tempat bermalam selalu
ditutupi kabut pada malam hari. Khusus di daerah Ranu Kumbolo, adanya danau
yang cukup luas menjadi pendukung pembentukan kabut karena proses penguapan air
danau.
e. Flora dan Fauna
Flora yang berada di wilayah gn semeru dan sekitarnya masuk dalam zona sub
Alpin, yang didominasi dengan jenis cemara gunung (Casuarina junghuniana),
jamuju (Podocarpus sp), mentigi (Vacinium varingifolium), kemlandingan (Albizia
lophanta) dan akasia (Accasia decurents). Untuk tumbuhan bawah didominasi oleh
alang-alang (Imperata cylindrica), kirinyuh (Euphatorium odoratum), tembelekan
(Lantana camara), harendong (Melastoma malabathicum) dan Edelwiss putih
(Anaphalis javanica). Pada lereng-lereng yang curam menuju puncak semeru
sekitar daerah Arcopodo terdapat janis paku-pakuan seperti Gleichenia
volubilis, Gleichnia longisumus dan beberapa jenis anggrek endemik semeru. Pada
ketinggian lebih 3.100 m dpl tanpa vegetasi sama sekali karena berupa batuan,
pasir dan abu.
anggrek
edelweis putih
Kehidupan fauna yang
disekitar gn semeru sangat terbatas, baik jenis maupun jumlahnya. Satwa yang
terdapat di sekitar gn semeru diantaranya beberapa jenis burung seperti belibis
(Anas superciliosa) dan Elang, primata, dan mamalia, seperti macan kumbang
(Panthera pardusi), kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus javanica).
kijang
Aktivitas Letusan Gn.
Semeru
Berdasarkan data dasar Gunung Api Indonesia, sejarah letusan Gn. Semeru dimulai
tanggal 8 Nopember 1818. Sejak tahun 1967 hingga sekarang kegiatan Gn. Semeru
tidak pernah berhenti, pusat kegiatannya di kawah Jonggring Seloko yeng
terletak di sebelah Tenggara Puncak Mahameru. Pada letusan biasa, sebuah tiang
asap membumbung dengan bergulung-gulung berupa bom dan abu mencapai ketinggian
300-600 m di atas kawah dengan interval letusan 10-20 menit (dengan demikian
kawasan kawah merupakan tempat yang sangat berbahaya dan dilarang untuk
mendekat ke kawah tersebut).
Berikut beberapa letusan semeru yang cukup besar :
Th 1942 : Letusan sampai dilereng sebelah timur pada ketinggian antara 1400 dan
1775 m. titik letusan sebanyak 6 tempat. Leleran lava masuk ke Blok Semut dan
menimbuni Pos pengairan Bantengan. Aliran lava sepanjang 6,5 km.
Th 1961 : Letusan tipe
stromboli dengan tinggi abu lk 3000 m di atas puncak, bahkan letusan
dilemparkan sampai Arcopodo, hutan di sekitar hulu Besuk Sat dan Besuk Tompe
terlewati. Aliran lava terjadi di Kali Glidik, Besuk Sat, Besuk Bang dan Besuk
Kobokan.
Th 1963 : Bulan Mei
terjadi awan panas dan aliran lava melanda Curah Leng Rong, Kali Pancing, dan
Besuk Semut. Awan panas mencapai 8 km dari kawah.
Th 1968 : Pertumbuhan
kubah lava terus berlangsung, banjir lahar membawa korban 3 orang penduduk Desa
sumber wungkil
Th 1977 : Bulan Desember
terjadi guguran lava menghasilkan awan panas, guguran berjarak 10 km di Besuk
Kembar dengan volume endapan 6,4 juta m. Sebagian awan apanas ini menyeleweng
ke Besuk Kobokan. Sawah dan Tegal seluas 110 ha rusak di desa sumberurip, hutan
pinus 450 ha, 2 jembatan rusak terbakar, dan 2 rumag bilik hanyut.
Th 1978 : Letusan masih
terjadi dengan tinggi asap maksimum mencapai 800 m di atas tepi kawah, luncuran
guguran awan panas maksimum 7 km.
Th 1981 : Bulan Maret
dan April terjadi beberapa kali luncuran awan panas dengan jarak luncur
maksimum 10 km. Tumpukan endapannya 6,2 juta m?, suhu endapan awan panas di
dekat Dukuh supit Tengah sebesar 120?C.
Th 1990 : Bulan Nopember
dan Desember terjadi guguran kubah lava menghasilkan awan panas dan kawah
Jonggring Seloko yang terbuka sampai saat ini.
Th 1994 : Bulan Pebruari
terjadi letusan dan suara dentuman disertai hujan abu dan guguran lava
membentuk awan panas.aliran guguran awan panas masuk ke besuk Kobokan mencapai
11,5 km, ke Besuk kembar 7,5 km, dan besuk Bang lk 3,5 km. Volume awan panas
tersebut diperkirakan 6,8 juta m?. Korban yang meninggal terlanda awan panas 7
orang dan 2 orang hanyut oleh lahar.
Th 2002 : Bulan Desember
terjadi beberapa kali letusan di kawah utama diikuti awan panas guguran.
g. Pemantauan Aktivitas
Gn. Semeru
Pemantauan terhadap aktivitas Gn. Semeru sampai saat ini masih terbatas pada
pemantauan visual dan seismik saja. Pengamatan visual dilakukan dengan
mengamati cuaca, tinggi dan warna letusan, arah letusan serta pengamatan
guguran. Sedangkan pengamatan seismic sampai saat ini dilakukan dengan memasang
sensor seismometer di 2 (dua) lokasi, yaitu di Gunung Leker dan Besuk Bang.
Sinyal gempa yang tertangkap oleh 2 seismometer tersebut di transmisikan
melalui gelombang radio ke Pos Pengamatan Gunung Api Semeru yang berada di
Gunung Sawur, dan direkam dengan perekam gempa (PS-2). Hasil pengamatan
tersebut dilaporkan ke Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bancana Geologi di
Bandung menggunakan pesawat SSB (single Side Band). Pemantauan menggunakan
metode lain seperti deformasi, gravitasi, kelistrikan, dan geomagnet dilakukan
hanya bersifat temporer.
h. Pendaki Pertama
Pendaki pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet (1838) seorang ahli
geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren,
selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara
lewat gunung Ayet-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van
Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan
lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.
6. LEGENDA GUNUNG SEMERU
Menurut kepercayaan
masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuno abad 15, Pulau Jawa pada suatu
saat mengambang di lautan luas, dipermainkan ombak kesana-kemari. Para Dewa
memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di
India ke atas Pulau Jawa.
Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu
dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang
membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat
diangkut dengan aman. Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian
pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat
gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian
mereka memindahkannya ke bagian timur pulau tetapi masih tetap miring, sehingga
Mereka memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di
bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang
dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru,
tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada
saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut,
sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.
Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap
sebagai rumah para dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung diantara bumi
(manusia) dan Kayangan. Kalau manusia ingin mendengar suara dewa mereka harus
semedi di puncak Gunung Meru. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang
masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewa-Dewa atau mahluk halus.
Selanjutnya daerah bergunung-gunung masih dipakai oleh manusia Jawa sebagai
tempat semedi untuk mendengar suara gaib. Menurut orang Bali Gunung Mahameru
dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat
Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang
Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya
pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Orang naik
sampai puncak Mahameru ada yang bertujuan untuk mendengar suara-suara gaib.
Selain itu juga ada yang memohon agar diberi umur yang panjang. Bagaimanapun
alasan orang naik ke puncak Mahameru, kebanyakan orang ditakutkan oleh Mahkluk
halus yang mendiami daerah keliling gunungnya. Roh halus tersebut biasanya
adalah Roh Leluhur yang mendiami tempat seperti hutan, bukit, pohon serta
danau.
Roh leluhur biasanya bertujuan menjaga macam-macam tempat dan harus dihormati.
Para pendaki yang menginap di danau Ranu Kumbolo sering melihat Mahkluk halus
penunggu Ranu Kumbolo. Tengah malam ada cahaya berwarna orange di tengah
danaunya dan tiba-tiba berubah wujud menjadi sesosok hantu wanita. Biasanya
hanya orang yang punya kekuatan mistis dia akan melihat Mahkluk halus dan dapat
bicara dengan Mahkluk Halus. Terserah orang percaya pada Mahkluk Halus atau
tidak tetapi banyak orang Jawa yang percaya bahwa daerah Bromo, Tengger, Semeru
banyak didiami oleh Mahkluk Halus.
( SUMBER TNBTS )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar